Kamis, 13 Maret 2014

RAYUAN SEORANG AHLI TAJWID KEPADA ISTRINYA . . .


1. Dik, saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan SAKTAH, ”hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar”.
2. Aku dimatamu mungkin bagaikan NUN MATI diantara IDGHAM BILLAGHUNNAH, ”terlihat tapi dianggap tak ada’.
3.      Aku ungkapkan maksud dan tujuanku seperti IDZHAR, ”jelas dan terang”.
4.  Jika MIM MATI bertemu BA disebut IKHFA SYAFAWI, ”maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta”.
5. Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba – tiba semua itu seperti IDGHAM MUTAMAATSILAIN, ”melebur jadi satu”.
6.   Cintaku padamu seperti MAD LAZIM, ”paling panjang diantara yang lainnya”.
7. Setelah kau terima cintaku, hatiku rasanya seperti QALQALA KUBRA, ”terpantul – pantul dengan keras”.
8.  Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti IQLAB, ”ditandai dengan 2 hati yang menyatu”.
9.  Sayangku padamu seperti MAD THABI’I dalam AL – QUR’AN, ”buanyaaaak buanget”.
10.  Semoga dalam hubungan, kita ini kaya’ IDGHAM BILLAGHUNNAH ya, ”cuma berdua”, LAM dan RA’.
11.  Layaknya WAQAF MU’ANNAQAH, ”engkau hanya boleh berhenti disalah satunya, dia atau aku”?
12. Meski perhatianku ga terlihat seperti ALIF LAM SYAMSIAH, cintaku padamu seperti ALIF LAM QAMARIAH, ”terbaca jelas”.
13.  Dik, kau dan aku seperti IDGHAM MUTAJANISAIN, ”perjumpaan dua huruf yang sama makhrajnya namun berlainan sifatnya”.
14.  Aku harap cinta kita seperti WAQAF LAZIM, ”terhenti sempurna diakhir hayat”.
15.  Sama halnya dengan MAD ARIDH, dimana tiap MAD bertemu LIN SUKUN ARIDH akan berhenti, ”seperti itulah pandanganku ketika melihatmu”.
16.  Layaknya huruf TAFKHIM, ”namamu pun bercetak tebal dihatiku”.
17.  Seperti hukum IMALAH yang dikhususkan untuk RA saja, ”begitu juga sayang aku hanya untukmu”.

18.  ”Semoga aku jadi yang terakhir untukmu”, seperti MAD ARIDLISUKUN.

BOLEH DICOBA . . .

Jumat, 17 Januari 2014

Marilah kita tingkatkan bhakti untuk orang tua

Disaat daku tua..




Disaat daku tua, bukan diriku yang dulu. Nikmatilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.

Disaat daku menumpahkan kuah sayuran dibajuku, Disaat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatuku, Ingatlah saat-saat bagaimana cara daku mengajarimu, Membimbingmu untuk melakukannya.

Disaat daku dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankan mu, Bersabarlah mendengarkan ku, jangan memotong ucapanku, Dimasa kecilmu, daku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah saya ceriakan ribuan kali, hingga dirimu terbuai dalam mimpi.

Disaat daku membutuhkan mu untuk memandikan ku, Janganlah menyalahkan ku. Ingatkah dimasa kecil mu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?

Disaat daku kebingungan menghadaoi hal-hal baru dan teknologi modern, janganlah menertawaiku. Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab setiap “mengapa” yang engkau ajukan disaat itu.

Disaat kakiku terlalu lemah untuk berjalan, Ulurkanlah tangan mu yang muda dan kuat untuk memapahku.
Bagaikan dimas kecilmu daku menuntunmu melangkah kaki untuk berjalan.

Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita, Berilah sedikit waktupadaku untuk mengingtnya, Sebenarnya topk pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkan ku, daku telah bahagia.

Disaat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih. Maklumilah diriku, dukunglah daku, bagaikan daku terhadapmu disaat engkau mualai belajar tentang kehidupan.

Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini , kini temanilah daku hingga aakhirjalan hidupku. Berilah daku cinta kasih dan kesetianmu, Daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur.
Didalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.

NB :   Walaupun seseorang telah beribu-ribu kali melakukan kebijakan, tetapi tidak melakukan bhakti kepada Ibu dan Ayah, kebijakannya hanyalah sia-sia belaka (Dari hati untuk dipahami)